fashion pria

Senin, 18 April 2016

Tentang Friendster

Tentang Friendster


pada artikel saya sebelumnya yang menjelaskan macam macam macam aplikasi chatting yang terkenal saat ini, kembali flashback ke masa lalu,  masihkah Anda ingat ketika dulu di era awal tahun 2000 terdapat satu media sosial yang sangat fenomenal, yakni Friendster? Sebelum adanya Facebook, media sosial ini cukup menjadi perhatian karena menjadi pionir media sosial dengan lebih dari sejuta pengguna.
Ya, dahulu Friendster terkenal karena pengguna dapat mengkustomisasi tampilan profilnya sesuka hati, dan meminta testimonial untuk dipajang di halaman profilnya. Lalu masih ingatkah Anda bagaimana akhirnya media sosial ini akhirnya tenggelam dan dilupakan? Bagaimanakah perkembangannya saat ini? Tech In Asia akan kembali menyegarkan ingatan Anda tentang hal ini.
Perkembangan Friendster dari awal hingga saat ini
Mengutip dari Wikipedia, “website ini dulunya digunakan untuk berkencan dan mencari tahu tentang acara baru, band, dan hobi. Pengguna dapat berbagi video, foto, pesan dan komentar dengan anggota lain melalui profil dan jaringan mereka. Friendster dianggap sebagai salah satu jejaring sosial asli dan bahkan “kakek”-nya semua jejaring sosial. Layanan ini sangat populer di kawasan Asia Tenggara.”
Nama Friendster sendiri merupakan gabungan dari Friend dan Napster. Memang ada kedekatan tersendiri dengan Napster dan pendirinya Sean Parker. Bahkan, Napster juga mempunyai peran penting dalam terbentuknya Friendster. Sayangnya perusahaan ini juga turut mengalami penurunan karena pelanggaran hak cipta musik yang ditawarkan.
Tampilan website saat ini
Friendster memiliki lebih dari 8,2 juta pengguna terdaftar dan lebih dari 1 juta pengunjung unik setiap bulannya hingga tahun 2010. Lebih dari 90 persen pageview Friendster berasal dari Asia. Pada tahun 2008, Friendster memiliki pengunjung unik bulanan lebih banyak daripada jejaring sosial lain dan terbanyak dari benua ini. 10 negara teratas yang sering mengakses Friendster menurut Alexa pada 7 Mei 2009 adalah Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Pakistan, Uni Emirat Arab, Sudan, Korea Selatan, Bangladesh, dan India.
Akan tetapi, semua perkembangan baik itu perlahan lenyap sejak kehadiran media sosial besutan Mark Zuckerberg, Facebook. Padahal berbagai usaha dilakukan Friendster untuk tetap bertahan. Salah satu caranya dengan membajak salah seorang petinggi Google, yakni Richard Kimber, managing director of sales and operations for South East Asia di Google yang pada saat itu sempat dipercaya menjadi CEO Friendster.
Namun usaha tersebut tidak pula menemui hasil karena perusahaan tidak berkembang. Akhirnya Friendster dibeli oleh sebuah perusahaan game Malaysia sejak 2011, dan berubah haluan menjadi website penyedia game hingga saat ini.
Berbasis di Malaysia, Friendster ingin kembali menjajal peruntungannya dengan menjadi situs jejaring sosial game online. Tagline-nya pun berubah menjadi ‘Living The Game’dengan tetap mengandalkan logo smiley.
https://id.techinasia.com/friendster-portal-game-testimonial-pendahulu-facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar